PSIKOLOGI KENABIAN (Prophetic Psychology)


Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqam jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, gerak-gerik diri) dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengamalan agama secara totalitas berdasarkan wahyu Ketuhanan (Al-Quran), sabda dan keteladanan kenabian (Assunah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para auliya Allah dan orang-orang saleh.

Syarat-syarat seorang psikolog muslim :

1.    Pemahaman yang dalam tentang pesan-pesan Al Quran secara historis dan secara hakikat (tanzil dan tanzih)
2.    Pemahaman yang dalam tentang pesan-pesan as-sunnah secara historis (syariat) dan secara hakikat
3.    Harus berperan sebagai pelaku dair ilmu yang dibangunnya, bukan saja sebagai pengamat atau komentator
4.    Penguasaan ilmu hakikat dan ilmu tasawuf yang cukup
5.    Ada hubungan batin yang kuat, yaitu Allah swt dan Rasul Muhammad saw
6.    Keterbukaan antara ilmuwan yang menguasai ilmu-ilmu ketuhanan dan ilmu-ilmu kealaman atau kemakhlukan, khususnya masalah-masalah yang berhubungan dengan manusia. Sehingga lebih mudah untuk melahirkan disiplin ilmu yang komprehensif.

Psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari dan meneliti pengaruh dan peran pengamalan agama terhadap eksistensi diri seseorang berupa sikap, perilaku, tindakan, penampilan yang muncul di permukaan aktifitas kehidupannya secara nyata.

Fungsi psikologi kenabian adalah memberikan suatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam Islam adalah pengetahuan dan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan. Tujuan dari psikologi kenabian antara lain :

1.    Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki, yang bersifat ketuhanan, ruhaniah, dan bercahaya yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhannya.
2.    Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya yang ‘tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya’
3.    Mengantarkan manusia agar dapat mencapai sehat secara holistik (sehat fisik, mental, spiritual, finansial, dan sosial)
4.    Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi Muhamad saw, yakni cerdas meangit dan cerdas membumi.
Metode psikologi kenabian adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama.

Kesehatan jiwa (nafs) sangat erat hubungannya dengan kesehatan mental, karena akan menyinggung persoalan akal fikiran, ingatan atau proses-proses yang berhubungan erat dengan akal fikiran dan ingatan. Metode penyucian dan penyehatan jiwa ada lima metode :

1.    Meningkatkan kualitas spiritual
Yaitu memperbanyak ibadah, utamanya ibadah puasa baik yang wajib maupun sunnah.
2.    Meningkatkan kualitas mental
Belajar dan berlatih membiasakan diri berfikir positif, bersikap positif, berperilaku positif, bertindak positif, dan berpenampilan positif.
3.    Meningkatkan kualitas sosial
Membiasakan melihat, menyaksikan, dan turut merasakan penderitaan orang lain. Sesering mungkin melihat ke orang yang kehidupannya lebih susah, sesering mungkin memberikan bantuan dan pertolongan kepada yang benar-benar membutuhkannya.
4.    Meningkatkan wawasan tentang orang-orang yang berjiwa besar dan sehat secara holistic
Dengan cara mempelajari riwayat hidup mereka. Seperti sejarah para nabi, sahabat, dan aulia-Nya.
5.    Meminta bantuan ahlinya
Sebab dengan melalui ahlinya, maksud dan tujuan penyucian dan penyehatan jiwa akan dapat tercapai dengan cepat, tepat, mantap, dan menyelamatkan
Ada catatan yang menarik dari bab ini. Siapa saja yang tertarik untuk mengkaji serta memahami eksistensi dan gejala jiwa, maka ia terlebih dahulu mengkaji dan memahami jiwanya sendiri dengan baik dan benar.

Jiwa berfungsi untuk menggerakkan dan mendorong diri manusia untuk melahirkan beberapa hal, yakni :
1.    Mendorong dan menggerakkan otak manusia agar berfikir dan merenungkan apa-apa yang telah Allah ilhamkan berupa kebaikan dan keburukan. Sehingga dapat menemukan hikmah dan rahasia dari keduanya.
2.    Mendorong dan menggerakkan qolbu (hati yang lembut) yang ada dalam dada agar dapat merasakan dua perasaan, yaitu perasaan ketuhanan dan perasaan kemakhlukan, agar menerima ilham dan penampakan isyarat-isyarat ketuhanan yang abstrak dan tersembunyi.
3.    Mendorong dan menggerakkan panca indra kepada obyek-obyek ayat-ayat Allah swt yang membumi dan konkrit, rasa halal dan haram, haq dan batil, dan lain sebagainya.
4.    Mendorong dan menggerakkan seluruh organ-organ tubuh dalam kerja sunnatullah, seperti gerak jantung, kerja paru-paru, dan seterusnya.
5.    Mendorong dan menggerakkan diri agar melahirkan perbuatan-perbuatan, sikap-sikap, tindakan-tindakan, gerak-gerik, dan penampilan yang fitrah.

Dalam buku ini, ada bagian-bagian yang menjelaskan tentang bacaan-bacaan wirid untuk penyucian jiwa, tingkatan-tingkatan jiwa yang taat pada Allah, tingkatan-tingkatan jiwa yang ingkar pada Allah, serta tingkatan-tingkatan hati (qalbu).

Qalbu adalah hakikat manusia. Ia memiliki tanggungjawab untuk mengatur seluruh kerja dan aktifitas diri manusia, baik yang berkaitan dengan penciptanya maupun antara diri dengan lingkungannya.. Metode paling utama penyehatan qalbu (hati) adalah dengan zikrullah (menyebut dan mengingat-ingat Allah). Zikrullah yang dimaksud adalah zikir qalbu atau zikir di dalam hati. Namun untuk dapat mencapai zikir hati, dimulai dulu dengan zikir lisan. Zikir hatilah yang membuahkan pengaruh secara hakiki. Dalam bahasan qalbu lah aspek emosi yang familiar dikenal di dunia psikologi dikupas.

Ketersingkapan indrawi hakikat diri kita atau makhluk-makhluk di sekitar kita tidak dapat diupayakan, karena merupakan anugerah Allah swt.
Akal menurut Prof. Dr. Quraish Shihab adalah 1) daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, 2) dorongan moral, 3) daya untuk mengambil pelajaran, kesimpulan, serta hikmah. Daya untuk memahami, menganalisis dan menyimpulkan, serta dorongan moral yang diserta kematangan berfikir.

Metode penyucian dan penyehatan akal adalah sebagai berikut :
1.    Membiasakan diri berfikir positif
2.    Memelihara diri dari minuman keras atau NAZA
3.    Memelihara diri dari berkhayal dan berangan-angan
Berkhayal merupakan ruang atau jalan masuknya setan ke dalam akal pikiran manusia
Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indra, atau menafsirkan stimulus yang telah ada di otak. Dengannya manusia mampu memahamii fakta-fakta empiris, dimana manusia akan berfikir tentang makna-makna yang abstrak, seperti baik buruk, keutamaan dan kehinanaa. Dengannya pula ia mampu menarik kesimpulan atas dasar-dasar universal dari observasi dan juga eksperimen yang telah dilakukan.

Instrumen persepsi terdiri atas tiga, yaitu : qalbu (hati), panca indra, dan akal pikiran.
Metode pengembangan potensi indra adalah sebagai berikut :
1.    Menjauhkan penggunaan indra dari hal-hal yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah swt
2.    Membiasakan diri agar senantiasa melakukan mandi yang benar dan diri sselalu dalam keadaan berwudlu
3.    Memperbanyak doa
Sedangkan fungsinya, yaitu :
1.    Menangkap ilmu pengetahuan
2.    Menghindari kerusakan dan bahaya
3.    Memberikan kemampuan memprediksi

Aspek lain yang juga dibicarakan adalah tentang motivasi. Dalam perspektif batin dan kenabian, motivasi adalah dorongan ketuhanan yang menghidupkan spirit untuk merespon berbagai hal yang terimplementasi pada perbuatan dan tindakan yang benar, untuk melakukan segala kebaikan dan kebenaran. Motivasi terdiri atas motivasi spiritual contohnya motivasi memelihara diri dari kemusyrikan, motivasi fisiologis (yang bersifat jasmaniah) contohnya motivasi pemeliharaan diri, dan motivasi psikologis (kejiwaan) contohnya motivasi memiliki.

Ternyata ada juga pembahasan tentang pengendalian motivasi. (catatan pengutip : saya baru sekali ini mendengar ‘motivasi dikendalikan’ dalam dunia psikologi. Biasanya, motivasi hanya diperkenalkan bagaimana munculnya.)

Dalam mengatasi dan mengendalikan motivassi spiritual ini Al Quran dan Assunah Rasulullah saw memberikan acuan, antara lain bertanya dan belajar pada ahlinya, dalam memenuhi motivasi spiritual hanyalah berharap dan ditujukan pada Allah swt. Untuk pengendalian motivasi fisiologis dan psikologis, pada intinya adalah mengembalikannya pada tuntunan Al Qur’an dan hadits.

Belajar, dalam perspektif kenabian, adalah proses meraih ilmu dan pengetahuan yang kerjanya di bawah bimbingan ketuhanan melalui qalbu, indrawi, akal pikir, jiwa, dan gerak aktifitas fisik. Dari kerja itu akan menghasilkan berbagai hal secara empirik serta akan memberikan peribahan pada pola keyakinan, berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan.
Metode belajar yang dijelaskan ada tiga, yaitu :
1.    Taklid (mengikuti dan mencontoh)
2.    Eksperimen (trial and error)
3.    Berfikir

Yang menarik, dalam bagian ini ada pembahasan tentang mimpi dan penafsiran mimpi. Bagi saya (pengutip), tema ini menarik sebab salah satu hal yang masih hot dalam dunia psikologi hingga hari ini adalah tafsir mimpi. Tentu masih ingat buku tulisan Sigmund Freud yang berjudul ‘Tafsir Mimpi’?
Ada penjelasan panjang sebelum kesimpulan ini. Namun intinya, mimpi yang benar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1.    Kelompok pertama
Mimpi bagi seorang Rasul dan Nabi adalah wahyu dari Allah yang mengandung ajaran dan syariat yang dapat disampaikan kepada dirinya maupun pengikut dan umatnya.
2.    Kelompok kedua
Mimpi bagi para ahli waris nabi, yakni para wali Allah, ulama, dan orang-orang saleh adalah wahyu Allah swt yang dibawa Rasul-Nya, serta bimbingan Allah swt yang melahirkan pengembangan ilmu pengetahuan tentang kealaman dan kemakhlukan.
3.    Kelompok ketiga
Mimpi bagi orang biasa dan umum adalah peringatan dan kabar gembira. Dengan peringatan itu ia akan waspada dan senantiasa meningkatkan keimanan dan kesalehannya. Dengan kabar gembira itu agar ia meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah swt.
Ibnu Sirrin menyebutkan tentang mimpi yang memiliki kekuatan yang bermakna yang dimiliki oleh beberapa orang, diantaranya adalah :
a.    Mimpi seorang penguasa atau gubernur yang adil dipandang sebagai ilham dari Allah swt
b.    Mimpi seorang pemimpin masyarakat bergantung pada kepercayaan masyarakatnya kepadanya
c.    Mimpi orang kaya lebih kuat dari pada mimpinya orang yang miskin
d.    Mimpi anak-anak lebih benar daripada mimpi anak remaja, karena kesucian mereka. Sedangkan remaja telah sibuk dengan kenakalan dan memenuhi kehendak mereka yang baru atau sedang tumbuh.

e.    Syaikh al- Karamani menjelaskan bahwa mimpi seorang yang berilmu lebih benar daripada mimpi orang yang tidak berilmu, mimpi orang yang menjaga akhlaknya lebih benar daripada mimpi orang yang tidak menjaga akhlaknya, mimpi orang yang baik lebih benar daripada mimpi orang yang jahat, dan mimpi orang tua lebih benar dari mimpi orang yang lebih muda.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin memperoleh mimpi-mimpi yang benar, maka ia harus meningkatkan keimanan, ketakwaan, kesalehan, dan kemuliaan akhlaknya. Di atas itulah mimpi-mimpi yang bermakna dan benar akan dapat diperoleh sebagaimana para nabi, rasul, dan ahli waris mereka.

Ketika seorang laki-laki datang pada Rasulullah sambil berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah bermimpi bahwa kepalaku terpotong dan saya mengikutinya.” Maka Rasul saw bersabda, “Mimpi itu berasal dari setan. Jika salah seorang dari kalian bermimpi buruk dan tidak menyukainya, maka janganlah menceritakannya kepada orang lain, dan hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.”

Bagaimana agar kita dapat memperoleh mimpi-mimpi yang benar dan sekaligus mampu memahami makna yang tersirat dari mimpi itu? Berikut adalah amalan atau doa yang dapat mengantarkan kepada anugerah mimpi yang benar datang dari Allah, yakni sebagai berikut :
1.    Melakukan thaharoh (bersuci), menyucikan yang najis (istinja), menyucikan yang kotor (mandi), dan mensucikan yang bersih (wudlu)
2.    Pakaian, peralatan, dan tempat shalat harus selalu bersih dan suci dari kotoran dan najis lahir maupun batin.
3.    Mendirikan sholat hajat, tahajud, witir, sebagai jalan dan tempat memohon kepada Allah swt.
4.    Dan beberapa bacaan wirid (yang lebih lengkap diuraikan dalam buku)
Prinsip-prinsip belajar :
1.    Menumbuhkan motivasi belajar
Dengan menerangkan keutamaan orang-orang yang berilmu, menerangkan adanya kewajiban belajar, menerangkan janji dan ancaman, menerangkan tentang kemuliaan dan keteladanan para Nabi, Rasul, dan orang kecintaan Allah swt.
2.    Pengulangan-pengulangan
3.    Adanya perhatian yang fokus
4.    Adanya partisipasi efektif
Ada (etika) belajar :
1.    Memohon perlindungan Allah swt
2.    Menyebut atau membaca nama Allah swt dengan khusyuk dan tumakminah
3.    Bershalawat, bertasallim, dan bertabarruk kepada Rasulullah saw, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau
4.    Bershalawat, bertasallim, dan bertabarruk kepada malaikat-Nya
5.    Bershalawat, bertasallim, dan bertabarruk kepada kedua orang tua
6.    Bershalawat, bertasallim, dan bertabarruk kepada guru yang mendidik, membimbing, dan mengajarkan ilmu pengetahuan
Catatan Tentang Psikologi Kenabian
Oleh : Jayaning Sila Astuti

Menurut saya, inti dari psikologi kenabian adalah meyakini dan mengimani keberadaan Nabi Muhamad saw sebagai model manusia tersempurna, menjalankan tuntunannya untuk mencapai kedekatan yang sempurna pada Allah swt.  Akar dari segala yang urusan di dunia adalah spiritual. Metode penjagaan dan peningkatan spiritual adalah penyucian jiwa sebagai cara menyehatkan jiwa. Maka pemecahan segala permasalahan moral yang selama ini terjadi di masyarakat adalah kembali pada penyucian jiwa.

Adz-Dzakiey mengatakan ‘kondisi ruhani dan jiwa orang-orang yang telah ingkar terhadap hukum-hukum Tuhannya, bekasan pengingkaran itu menutupi hati, pendengaran, dan penglihatannya’. Saya jadi berfikir tentang terapi ruhani untuk menyembuhkan penyakit moral /spiritual klien. Terapi berdasarkan keyakinan pada agama dan keimanan. Orang yang tidak punya nilai, tidak dapat merasakan nilai, maka orang lain secara eksternal lah yang harus menanamkan nilai-nilai itu.

Jika penyakit-penyakit moral terjadinya dimulai dari penyakit hati, apa mungkin kasus-kasus gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat sekarang ini bisa dikurangi dengan memperbaiki tatanan moral?
Tatanan masyarakat dimulai dari keluarga. Mungkin merenggangnya segala macam nilai diawali dari keberadaan anak-anak tanpa keluarga, atau anak dengan single-parent. Asumsinya, penanaman nilai dalam keluarga yang tidak lengkap tidak sebaik keluarga yang lengkap. Meski keluarga yang lengkap namun tidak berfungsi juga outputnya bakal sama saja.

Saya sempat membaca penjelasan tentang ‘pemberian hikmah’. Tak dijelaskan secara langsung bahwa kutipan berikut adalah definisi hikmah, tapi saya pikir cukup mewakili. Hikmah adalah mampu secara cepat memahami, menganalisa, membanding, mengevaluasi, menyimpulkan, dan mengambil pelajaran.

Sumber :
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. 2012. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Fajar Media Press.
*) Ditulis oleh Jayaning Sila Astuti, S.Psi
Saat ini sedang menjalankan studi Magister Profesi Psikologi
Bidang Psikologi Industri dan Organisasi angkatan 2012
Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta
Pengertian Psikologi Kenabian Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Pengertian Psikologi Kenabian Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Pengertian Psikologi Kenabian Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Pengertian Psikologi Kenabian Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Prolog Setiap orang yang menghayati bagaimana hamba Allah yang bergelar “Insan Kamil” ini mengelola berbagai urusan kaumnya, baik urusan lahiriah maupun batiniah, serta menghayati sifat-sifat dan kehidupannya yang menakjubkan, dan tidak diketahui bagaimana cara beliau menerima syari’at tanpa sistem pengajaran tertentu, pastilah orang tersebut tidak meragukan ketinggian kecerdasan dan kuatnya pemahaman beliau Nabi Muhammad SAW. Dalam tulisan ini, akan penulis jelaskan, sedikit dari sekian banyak keagungan Nabi Muhammad SAW. sebagai hamba Allah SWT. yang memiliki eksistensi, potensi, dan kepribadian rabbani yang sempurna. Sebab esensi dan citra kenabian beliau sangatlah patut untuk dijadikan teladan bagi siapapun khususnya umat Islam seluruhnya. Kemudian, penulis juga bermaksud mengajak semua kalangan agar lebih memahami tentang konsep-konsep psikologi kenabian. Dengan kata lain, hal-hal yang mengenai perilaku sekaligus sifat mulia yang dimiliki oleh para nabi dapat kita jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan, agar dalam prosesnya kita selamat dunia dan akhirat. *** Pengertian Psikologi Kenabian Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran. Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh. Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian Fungsi utama : Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia. Tujuan : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social). Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006). Objek Psikologi Kenabian Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Metode Psikologi Kenabian Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama. Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni: (1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa). Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004). (2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis. Manusia Dalam Perspektif Psikologi Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan : Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”. Multi kompleksnya masalah manusia. Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia : Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas Menggunakan kata basyar. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam. Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an Surat Ar - Ruum ayat 20, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”. Produksi dan Reproduksi Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material. Epilog Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain : Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif. Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi. Daftar Bacaan Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing. Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt

0 komentar :