Pandangan Karl Marx tentang Agama
Pandangan Marx Mengenai Agama
Pandangan
Marx tentang kritik agama banyak ditentang ahli sosiologi lain. Banyak
bukti menunjukkan bahwa dalam banyak masyarakat kaum agama merupakan
kekuatan revolusioner yang memimpin gerakan sosial untuk mengubah
masyarakat. Contoh yang dapat diajukan untuk mendukung pendapat demikian
antara lain ialah berbagai gerakan perlawanan yang dipelopori kaum
ulama di Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Contoh lainnya yaitu
kepeloporan para rohaniawan katolik dalam menghadapi diktator dan rezim
militer di berbagai Negara Amerika Selatan, perlawanan rohaniawan
katolik di polandia terhadap rezim komunis, dan gerakan para Ayatollah
yang berhasil menjatuhkan rezim Shah Iran,dan gerakan muslim libya,suriah,irak dan palestina untuk menjatuhkan rezim. Pendapat Marx juga sangat
bertentangan dengan tesis Weber tentang perkembangan semangat
kapitalisme di Eropa Barat yang berhubungan erat dengan perkembangan
etika protestan.
Referensi: Ritzer, George. "Teori Sosiologi Modern".
Marx memandang agama sebagai penghambat perubahan sosial. Pandangan ini tercermin pada ucapan Marx bahwa ‘agama adalah candu bagi rakyat’.
Menurutnya, karena ajaran agamalah maka rakyat menerima saja nasib
buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki
keadaan. Marx melihat kaum buruh yang dikontekskan pada zaman itu,
mereka pasrah akan keadaan yang mereka terima. Eksploitasi dari kaum
kapitalis diterima dengan dingin tanpa ada usaha untuk melawan. Agamalah
yang menjadi tempat mereka bersandar sebagai penghiburan dengan menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kehidupan .
Usaha Marx untuk menciptakan kesadaran kelas dianggapnya hambatan yang
paling berpengaruh ialah agama. Agama menjadi tempat pelarian manusia
dari kondisi dunia nyata. Keadaan konkrit yang tidak beres membuat
manusia menderita dan mencari obat penenang dalam kehidupan keagamaan.
Marx tidak
membicarakan apakah fungsi agama dalam masyarakat adalah positif atau
negatif. Melainkan ucapannya itu menanggapi kritik agama Feuerbach. Marx setuju dengan kritik itu. Tetapi menurut Marx, Feuerbach berhenti di tengah jalan. Betul, agama adalah dunia khayalan di mana manusia mencari dirinya sendiri. Tetapi, Feuerbach
tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke khayalan daripada
mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Jawaban yang diberikan Marx
adalah: Karena kehidupan nyata, dan itu berati: struktur kekuasaan tidak
mengizinkan manusia untuk mewujudkan kekayan hakekatnya. Manusia
melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata menindasnya. Agama menjadi keluhan mahluk terdesak.. Agama adalah ilusi manusia tentang keadannya.
Menurut
Marx, yang diperlukan bukanlah kritik agama, melainkan revolusi. Agama
menurut Marx akan menghilang dengan sendirinya, apabila manusia dapat
membangun dunia yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan hakekatnya
secara nyata dan positif. Marx menarik kesimpulan: “Kritik surga
berubah menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum, kritik
teologi menjadi kritik politik”. Selain negara atau hukum adalah alat
kekuasaan kelas, agama dianggap juga oleh Marx digunakan kaum
penguasa sebagai alat untuk melanggengkan eksploitasi terhadap kaum
tertindas (kaum buruh).
Referensi: Ritzer, George. "Teori Sosiologi Modern".
0 komentar :