Teori Tingkah Laku (Behaviorisme)
Terbentuknya
perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses
interaksi dengan lingkungan. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena
proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu
proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu,
perubahan perilaku dan proses belajar sangat erat kaitannya. Perubahan
perilaku merupakan hasil dari proses belajar.
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan
perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
itu sendiri. Factor-faktor tersebut antara lain: susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar.
Persepsi adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan lain
sebagainya. Sedangkan motivasi diartikan sebagai dorongan untuk
bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan inilah yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Perilaku yang berlaku pada individu atau
organisme tidak timbul dengan sendirinya. Tetapi sebagai akibat dari
stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan. Baik itu
stimulus eksternal maupun stimulus internal (Walgito, 1991).
Perilaku dapat dioservasi, baik langsung
seperti tertawa, minum dan lain sebagainya maupun secara tidak langsung
seperti pikiran dan perasaan.
Perilaku masyarakat terbentuk dari lingkungan
dimana ia hidup. Perilaku ini berlangsung cukup lama dan mungkin pula
hingga saat ini. Bahkan bisa saja perilaku yang sama turun temurun dari
generasi ke generasi di masyarakat. Hal ini bisa menjadi kebudayaan
suatu masyarakat suatu daerah.
Pengertian Perilaku
☼ Dari sudut biologis, perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing.
☼ Secara operasional,
perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993).
☼ Ensiklopedi Amerika,
perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu (Notoatmodjo,1997).
☼ Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
☼ Umum,
perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu
dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati dari bahwa dia adalah
makhluk hidup (Kusmiyati & Desminiarni, 1990).
☼ Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia”,
menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari
luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau
mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki
yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk
perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan
sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang
membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya
perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.
☼ Skinner (1938)
seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner disebut
teori “S-O-R”atau Stimulus – Organisme – Respon.
☼ Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Skinner membedakan adanya dua proses, yaitu:
- Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap.
Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan
untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.
Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
- Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
PEMBENTUKAN PERILAKU
A. Metode Pembentukan Perilaku
Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa sebagian
besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut, maka salah satu persoalan
ialah bagaimana cara membentuk perilaku sesuai yang diharapkan.
- Conditioning (kebiasaan)
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti
yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini
didasarkan atas teori belajar kondisioning oleh Pavlov, Thorndike dan
Skinner (Hergenhanh, 1976).
Contohnya anak dibiasakan bangun pagi dan gosok gigi. Ini akan menjadi perilakunya sehari-hari.
- Insight (pengertian)
Teori ini berdasarkan atas teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Kohler, yaitu belajar dengan disertai pengertian.
Contohnya bila naik motor harus memakai helm karena helm tersebut untuk keamanan diri.
- Model (contoh)
Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social
learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan
oleh Bandura (1977).
Contohnya kalau orang berbicara bahwa orang tua adalah
panutan bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan pembentukan perilaku yang
menggunakan model.
B. Proses Pembentukan Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
- Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
- Interest (ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
- Evaluation (evaluasi), menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
- Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
- Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau
bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003)
BAB IV
PERUBAHAN PERILAKU
Dalam perkembangannya, perilaku seseorang dapat
berubah-ubah sesuai dengan hal-hal yang memungkinkan perubahan itu
terjadi. Dalam perkembangannya di kehidupan, perilaku manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan ekstern yang memungkinkan
suatu perilaku mengalami perubahan. Berikut diuraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku pada manusia.
- Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang
sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor
intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin,
sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor
tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku
yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena
memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain
bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga.
Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak
tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula
beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain
cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas
pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal,
struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali
berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug
berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang
berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut,
wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan
senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.
4) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang
terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan
diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya
maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian
tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya.
5) Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari
pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh
intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah
tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,
tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
6) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan
musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar
mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat
perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan
berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat
atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu
akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya
tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan
itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga
menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
C. Teori Para Ahli
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor),
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor),
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
1) Behavior intention, yaitu niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya.
2) Social support, yaitu dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.
3) Accesebility of information, yaitu ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.
4) Personal autonomy, otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan.
5) Action situation, situasi yang memungkinkan untuk bertindak.
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua,
kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti
oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
2) Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai
dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
BAB V
PENUTUP
Dari segi biologis, perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Jadi
dapat disimpulkan bahwa yang diamksud dengan perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak oleh pihak luar.
Didalam proses pembentukannya dan atau
perubahannya, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
berasal dari dalam individu itu sendiri maupun yang datang dari luar.
Faktor dari dalam individu itu sendiri antara lain: susunan syaraf
pusat, motivasi, persepsi, emosi, bakat, inteligensi dan kepribadian.
Sedangkan faktor dari luar misalnya: pendidikan, agama, sosial ekonomi,
lingkungan, dan kebudayaan.
Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6
macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu
nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci
perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau
dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain
diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial
budaya dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex, 2009. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung.
Walgito, Bimo, 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.
0 komentar :